A Silent Voice: Menyoal Komunikasi, Psikologi, dan Perundungan

Loading

Perbuatan perundungan tidak boleh dibiarkan terjadi di masyarakat, khususnya di wilayah sekolah. Tempat pendidikan yang harusnya menjadi taman ilmu pengetahuan yang ramah dan aman bagi para siswa, di anime A Silent Voice ini praktiknya jauh panggang dari api. Guru, lembaga pendidikan negara, dan orang tua harus mengambil sikap dan peran aktif untuk menghentikan tindakan tidak terpuji ini.

Perundungan adalah sebuah tindakan atau perilaku seseorang atau kelompok secara verbal, fisik, maupun sosial di dunia nyata maupun di dunia maya yang membuat seseorang merasa tidak nyaman, stress, sakit hati, dan tertekan.

Koe No Katachi atau A Silent Voice adalah sebuah anime Jepang garapan Kyoto Animation  tulisan Reiko Yoshida yang menceritakan tentang kisah perundungan yang dialami oleh seorang murid perempuan tuna rungu bernama Shouko Nishimiya yang duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar.  Film animasi ini diadaptasi dari manga yang berjudul sama karangan Yoshitoki Oima.

Film animasi ini diawali alur regresif yang dimulai dengan adegan Shoya Ishida mencoba lompat dari sebuah jembatan untuk mengakhiri hidupnya. Dari adegan tersebut, sutradara Naoko Yamada menampilkan adegan flashback sejarah hidup Shoya yang membuat dia ingin mengakhiri hidupnya.

Shouko Nishimiya adalah murid pindahan di suatu Sekolah Dasar di sebuah kota di Jepang. Seperti remaja lainnya, Shouko ingin berteman dan bersosialisasi dengan murid lainnya. Namun, keterbatasan tidak bisa mendengar yang dimiliki Shouko ini membuat dia tidak bisa berkomunikasi dengan murid sebayanya.

Apa yang menimpa Shouko ini membuat murid-murid lain di kelasnya kaget. Sebab, mereka melihat perbedaan dalam cara berkomunikasi. Mereka harus berkomunikasi menggunakan media buku dengan tulisan sebagai cara berkomunikasi, bukan dengan suara seperti pada umumnya.

Perbedaan ini membuat murid-murid di kelas Shouko mengejek, menjahili, dan merundung Shouko setiap hari. Mereka yang merundung Shouko adalah Shoya Ishida, Naoka Ueno, Miki Kawai, dan lainnya.

Perundungan yang  didapat Shouko berupa perundungan secara verbal dan non-verbal. Perundungan verbal yang dilakukan mereka seperti mengatakan hal yang tidak baik, mengejek, dan menghina. Perundungan non-verbal yang dilakukan berupa melempari Shouko dengan pasir, meminjam paksa, membuang hingga mencabut sembarangan alat bantu dengarnya hingga telinga Shouko berdarah.

Baca Juga:  Westerling, Pembantaian, dan Tragedi 1946-1947 Sulawesi

Pihak sekolah menyikapi perundungan ini dengan menghukum murid-murid yang terbukti melakukan perundungan kepada Shouko. Tersangka terberat yang mendapat hukuman adalah Shoya.

Akibat hukuman dan pengalaman sebagai pelaku perundungan membuat Shoya memiliki trauma yang cukup berat dan terbawa hingga dewasa. Shoya menjadi pribadi yang sangat tertutup dan tidak mau menunjukkan wajahnya kepada orang lain hingga keinginan Shoya untuk bunuh diri.

Shoya membawa penyesalan dan rasa bersalah yang teramat dalam atas apa yang telah dilakukannya kepada Shouko. Hingga tiba saat duduk di bangku SMA, takdir mempertemukan kembali Shoya dan Shouko. Shouko ketakutan bertemu dengan Shoya, tapi Shoya memberanikan diri untuk mendekati Shouko dengan niat yang tulus untuk meminta maaf dan berharap kembali membangun hubungan yang baik sebagai teman.

Niat baik Shoya tersebut dibarengi dengan tindakan yang nyata, yaitu dia belajar bahasa isyarat untuk mempermudah dia berkomunikasi dengan Shouko. Dia pelan-pelan mendekati Shouko, tapi usahanya sangatlah tidak mudah dan penuh perjuangan.

Setelah proses pendekatan yang alot itu, Shoya akhirnya bisa berkomunikasi dengan Shoko. Di sini, puncak konflik terjadi. Mereka semua mengeluarkan segala perasaan yang mengganjal satu sama lain atas kejadian buruk di masa lalu itu. Perasaan kebencian, kemunafikan, keburukan, dan alasan atas tindakan yang mereka semua lakukan mencuat dalam perbincangan itu setelah lima tahun tak terucapkan.

Dari kejadian ini, kebenaran yang membuat menganga adalah bahwa Shoko membenci dirinya sendiri dan berpikir bahwa dia adalah pembawa sial hingga ingin bunuh diri. Namun usaha bunuh diri Shouko ini ditolong oleh Shoya.

Kejadian itu membuat Shoko tertampar keras dan menyadari kesalahannya. Dia meminta maaf kepada semua orang terutama keluarga Shoya atas perbuatannya yang membahayakan nyawa Shoya.

Beberapa waktu berlalu, Shoya, Shouko, Naoka, Miki, Tomohiro, dan lainnya bertemu kembali dan saling memaafkan atas kesalahan yang terjadi di masa lalu dan berdamai dengan diri masing-masing. Titik inilah yang menjadi awal baru bagi kehidupan mereka.

Baca Juga:  Mengatasi Emosi Negatif Melalui Filosofi Teras

Dari film animasi peraih penghargaan Japan Academy Awards ini, kita dapat mengetahui tentang masalah yang sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, seperti isu komunikasi dan isu psikologis. Isu komunikasi seperti cara berkomunikasi yang tidak hanya bisa dilakukan dengan suara saja, tapi juga bisa dilakukan dengan berbagai cara lainnya seperti bahasa isyarat dan tulisan tadi.

Media komunikasi juga dapat berupa tulisan atau buku. Isu komunikasi yang diangkat dalam film ini adalah adanya hambatan dalam penyampaian pesan yang tidak efektif dikarenakan perbedaan pola komunikasi.

Isu psikologis dari film ini adalah efek yang ditimbulkan atas tindakan perundungan kepada Shouko Nishimiya. Shouko telah mendapatkan perundungan sejak dia kecil, dia telah ditinggalkan ayahnya karena dia cacat, dia berpikir bahwa dia pembawa sial dan merasa tidak dibutuhkan oleh teman-temannya.

Pelaku perundungan Shoya juga mengalami gangguan psikologis berupa depresi dengan ciri-ciri membenci diri sendiri yang disebabkan oleh penyesalan telah menindas Shouko di masa lalu. Perasaan-perasaan mereka sama-sama disebabkan oleh akibat tindakan perundungan yang dilakukan oleh orang sekitar terutama teman.

Film ini sangat direkomendasikan untuk mengenal lebih dalam karakter diri dan kasus perundungan yang nyata terjadi. Namun sayangnya, akhir dari film ini masih belum diketahui karena masih belum ada lanjutannya, dan pastinya akan membuat penasaran penonton. Dan jika kalian menonton film ini, bersiaplah untuk banjir air mata. Selamat menonton.

Identitas Film:
Judul Film: A Silent Voice – Koe No Katachi

Sutradara  : Naoki Yamada

Genre         : Drama Remaja

Tanggal Rilis : 17 September 2016

Distributor     : Sochiku

Produksi         : Kyoto Animation

Durasi             : 130 menit

 

Penulis: Sinta Angraeni

Penyunting: Adil Al Hasan

Sumber Gambar: https://dwisawtech.home.blog/

Persma Poros
Menyibak Realita