Akademisi DIY Komitmen Tolak Intoleransi dan Radikalisme

Loading

         Dalam rangka memperingati sumpah pemuda (28/10), Civitas Akademika Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyelenggarakan deklarasi kebangsaan di Stadion Mandala Krida. Dalam acara  ini Gubernur DIY, Kajati, Kapolda, Danrem dan beberapa pejabat lainnya serta perwakilan perguruan tinggi di DIY menandatangani komitmen menolak paham intoleransi dan radikalisme.

          Fenomena intoleransi dan radikalisme dinilai semakin marak di Indonesia. Menurut Pardimin, Ketua Steering Commitee peristiwa dan fakta maraknya sikap intoleransi merambah di kalangan pelajar. Hal ini terjadi diikuti kemajuan teknologi  di jejaring internet  dan media sosial. “Benih persaudaraan dikoyak demi kepentingan sepihak dan tujuan politik jangka pendek,” ungkap Pardimin yang juga Rektor Universitas Sajanawiyata Tamansiswa (UST). Dalam orasinya, Pardimin juga menyatakan pentingnya peran perguruan tinggi dalam memerangi paham radikalisme dan sikap intoleransi.

         Hal serupa disampaikan Yudian Wahyudi, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Menurutnya mahasiswa memiliki peran penting untuk memerangi paham radikalisme. Ia mengatakan seharusnya mahasiswa kembali untuk memerangi paham radikalisme dengan cara :

  1. Mahasiswa tidak terjebak kepada ideologi  apapun yang menentang falsafah Negara Indonesia Pancasila,
  2. Berjuang dalam bidang masing-masing untuk mewujudkan cita-cita sumpah pemuda  proklamasi dan negara ini,
  3. Berjuang untuk mempersatukan bangsa dan kesatuan bekerja keras untuk  kesatuan dan kemakmuran bangsa.

          Gubernur DIY, Sri Sultan HB X juga memberikan orasi dalam bentuk puisi tentang kritik atas pertikaian antar umat yang tak kunjung usai. Sultan juga mengajak masyarakat untuk mengubah diri melalui ramalan jayabaya yang disampaikannya. “Ia (Jayabaya-red) membawa tuntutan zaman, agar kita hidup penuh semangat, dan berkarya bagi bangsa. Maka, tak perlu lagi kita nantikan Herumukti, sebab ia adalah kita-kita juga,” ungkap Sultan.

Baca Juga:  Ika Suciwati : Mawapres Harus Tahan Banting

         Gilang Arya Pratama, mahasiswa Teknik Elektro Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang mengikuti deklarasi kebangsaan, menolak paham radikalisme dengan cara mengaplikasikan ilmu yang diperoleh kepada masyarakat. Gilang menambahkan, sikap toleransi kepada pemeluk agama lain juga wujud dari jiwa sumpah pemuda. “Saling toleransi  meskipun kampus kita (UAD-red) memiliki background islami.  Namun faktanya nonmuslim juga ada yang kuliah di UAD. Karena kita (UAD- red)  berideologi pancasila  dan nilai- nilai yang kita bawa dapat direalisasikan kepada mahasiswa,” ungkapnya.

Penulis : SriW

Reporter : Khafiz