Aksi Diam untuk Kematian Intan

doc. Poros

Loading

Masyarakat diajak untuk peduli nilai-nilai kemanusiaan.

     Rabu sore (16/11) menjelang Magrib puluhan orang berkumpul di Tugu Pal,Yogyakarta. Mereka berdiri mengelilingi deretan foto Intan Olivia Marbun. Intan adalah bocah berusia dua tahun enam bulan yang menjadi korban peledakan bom Molotov di depan gereja di Samarinda. Masyarakat dari pelbagai organisasi dan agama berkumpul untuk mengecam tindak kekerasan tersebut. Dalam aksi yang bertema “Indonesia Darurat Kemanusiaan” ini, mereka ingin mengajak semua masyarakat agar peduli terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

       “Kami mengajak masyarakat luas untuk ikut serta dalam aksi ini demi kemanusiaan,” papar Heronimus Heron, koordinator umum, pasca aksi. Massa aksi tidak melakukan orasi. Mereka melakukan aksi diam dengan menyebar seruan melalui banner. “Kami mengajak masyarakat melalui banner dan aksi ini biar efektif dan cepat sampai ke penguasa, karena kalau dengan orasi arahnya akan melebar kemana-mana,” ujar Heron.

      Serangan bom 13 November di Gereja Oikumene yang mengatasnamakan paham ideologi tertentu merupakan mereka yang lalai atas kemanusiaan. Seperti yang diutarakan Antropolog Sigit Budi Setiwan, “Sesungguhnya orang-orang yang keras membela agama, Tuhan, dan moralitas mereka sendiri adalah mereka yang mangkir dalam kemanusiaan dan kebudayaan,” ujar Sigit melalui pesan pribadi.

      Pukul 18.00 WIB aksi dimulai dengan menyalakan puluhan batang lilin lalu disusul dengan menyanyikan Indonesia Raya dan pembacaan teks Pancasila. Dilanjutkan dengan pembacaan doa dari tiga agama yakni Islam, Katolik dan Kristen. Aksi kemudian ditutup oleh pembacaan rilis bertema Indonesia Darurat Agraria.

     Dalam rilis tersebut massa menuntut agar pemerintah mengambil langkah serius untuk mengusut tuntas setiap kasus kekerasan yang terjadi. Aksi yang bekerja sama dengan pelbagai organisasi ini menyerukan kepada khalayak luas untuk tidak mudah terpancing oleh isu SARA dan berhenti menebar ujaran kebencian.

Baca Juga:  Anang Zakaria: Kasus Udin Tidak Hanya Mengenai Persoalan Hukum

     Sebelum aksi ini dimulai, sorenya massa juga melakukan aksi untuk memperingati kasus kematian wartawan Udin yang dibunuh karena berita. Aksi ini juga berlangsung diam dengan melakban mulut dan membawa banner. Aksi ini rutin dilakukan setiap bulan tanggal 16.

    “Aksi untuk wartawan udin kali ini sangat spesial karena kita juga melakukan aksi untuk kematian adik kita Intan Olivia Marbun,” ujar Heron. [Bintang]

Persma Poros
Menyibak Realita