Beauty Demo di Perpustakaan, Mahasiswa Adakan Dialog Terbuka

Loading

Selasa, 3 Desember 2019, Perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan Beauty Demo yang memicu keresahan beberapa mahasiswa. Adanya kegiatan ini di ruang perpustakaan adalah bentuk ketidaksesuaian fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi (PPT) menurut standar Nasional PPT.

Berdasarkan Perpustakaan Perguruan Tinggi (PPT) standar Nasional menyatakan bahwa fungsi perpustakaan yaitu: 1) Lembaga pengelola sumber-sumber informasi, 2) Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi, 3) Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan, 4) Lembaga pendukung pendidikan (pencerdas bangsa), dan 5) Lembaga pelestari khasanah budaya bangsa. Adapun di dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0103/o/1981 menyatakan PPT berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar, pusat penelitian, dan pusat informasi bagi pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi.

Pelaksanaan kegiatan beauty demo di perpustakaan memunculkan inisiatif beberapa mahasiswa untuk melakukan dialog terbuka dengan petugas perpustakaan. Dalam dialog terbuka tersebut, salah satu petugas perpustakaan mengatakan bahwa acara demo kosmetik ini bertujuan untuk menarik perhatian mahasiswa supaya mau berkunjung ke perpustakaan bagian timur.

Namun begitu, menurut Fasih Hulison, mahasiswa Ilmu Hadis mengatakan, seluruh kegiatan perpustakaan mestinya sesuai dengan apa yang menjadi layanan perpustakaan itu sendiri.

“Jangan sampai kalau memang itu didasarkan untuk tujuan sebagai promosi dan menarik perhatian pembaca,” ujarnya.

Mahasiswa program studi Ilmu Hadis itu menambahkan, masih ada cara lain untuk menyampaikan atau menarik perhatian orang lain untuk membaca di perpustakaan yang berkaitan dengan keintelektualan. “Tujuan mahasiswa yang berdatangan malah untuk memperhatikan kosmetik, bukan untuk membaca.”

Haryono Kapitang selaku ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Agama Islam (FAI) mengatakan bahwa ada kecatatan logika mengenai kegiatan Beauty Demo di dalam ruangan perpustakaan. “Antara kosmetik dengan literasi itu enggak ada kaitannya. Tidak etis ketika kita pergi ke perpustakaan kemudian kita di depan pintu seolah-olah kita ada di Mirota, seolah-olah kita ada di Hartono Mal,” jelasnya.

Baca Juga:  Penyelesaian Perpustakaan Kampus IV Masih Butuh Waktu

Pria yang menginisiasi untuk melakukan dialog terbuka itu  juga menambahkan, demonstrasi kosmetik yang dilakukan di perpustakaan sudah menyalahi tradisi yang selama ini terbangun.

Karena adanya acara Beauty Demo tersebut, beberapa mahasiswa menuntut untuk melakukan dialog terbuka dengan petugas perpustakaan. Para mahasiswa yang terlibat dalam dialog itu terus mendesak petugas agar segera menutup kegiatan tersebut atau memindahkannnya ke luar ruangan perpustakaan. Namun, para petugas yang berdialog dengan mahasiswa menyampaikan bahwa sudah ada kesepakatan acara demo kometik selesai pada pukul 13:30.

Kesepakatan akhir yang diambil memutuskan bahwa acara tersebut ditutup pada pukul 13.00, setengah jam lebih cepat dari rencana sebelumnya.

Harapan mahasiswa dari hasil dialog terbuka tersebut agar perpustakaan UAD bisa menarik minat dan daya mahasiswa untuk mau berkunjung ke perpustakaan dengan menghadirkan cara-cara yang lebih akademis dan rasionalis. “Jangan sampai mengahadirkan cara-cara yang cacat logika,” tegas Haryono. 

Penulis: Arista

Editor: Yosi

Persma Poros
Menyibak Realita