International Women’s Day 2021: Laki-Laki Turut Bersolidaritas.

Loading

Bertepatan dengan hari Internasional Women’s Day (IWD), Komite IWD Yogyakarta menggelar aksi  di Jalan Affandi, Sleman, (08/03). Meski IWD merupakan hari untuk perempuan, tetapi ada pula massa aksi laki-laki di dalamnya.

Sarif salah satu massa aksi laki-laki di IWD Yogyakarta mengatakan bahwa alasannya mengikuti aksi karena kekerasan terhadap perempuan juga menjadi urusan laki-laki. Sebab, menurutnya, permasalahan kelas sudah sepatutnya laki-laki yang perduli dengan masa depan baru dengan terjun dalam perjuangan pembebasan perempuan.

“Bukan berarti ini International Women’s Day yang harus ikut perempuan aja. Laki-laki boleh, bahkan harus ikut bagi saya,” ujar Sarif.

Kemudian, Sarif membenarkan jika laki-laki kerap menjadi pelaku kekerasan terhadap perempuan. Pasalnya, menurut Sarif, dalam masyarakat kapitalisme perempuan menjadi masyarakat kelas dua setelah laki-laki. Relasi kuasa antara laki-laki dan perempuan, secara general, legal, dan moral didorong oleh konstruksi sosialnya, laki-laki punya peluang lebih menindas perempuan, daripada perempuan menindas laki-laki.

“Kapitalisme mensubordinasikan perempuan sedemikian rupa, sehingga posisi perempuan menjadi masyarakat kelas dua di masyarakat kapitalis. Sehingga ada sisi-sisi di mana laki-laki diuntungkan dalam posisi tersebut,” tegasnya.

Sementara itu, menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun 2020 sebesar 299.911 kasus terjadi di ranah personal, publik, bahkan di ranah dengan pelaku negara.

Senada dengan Sarif, Arul dari mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga yang turut bersolidaritas dengan massa aksi IWD Yogyakarta menuturkan bahwa persoalan ketidaksetaraan dan ketimpangan gender bukan hanya permasalahan perempuan, namun menjadi persoalan bersama sebagai umat manusia.

“Misalnya, kita di Yogyakarta, ya, semua gender harus ikut berpartisipasi. Tidak hanya perempuan saja yang melawan. Makanya, saya di sini hadir turut bersolidaritas bersama kawan-kawan,” ucapnya.

Baca Juga:  Intinya, Warga Menolak

Ia juga menyatakan bahwa dirinya tidak ingin hanya memperhatikan data-data kekerasan seksual, sebab hanya akan menimbulkan belas kasihan terhadap kelompok rentan meliputi anak dan perempuan.

“Bukan berarti kita lupakan atau kesampingkan (data-red), tetapi kita fokuskan pada gerakan-gerakan untuk memperbaiki ketimpangan dan ketidaksetaraan yang ada,” tegasnya.

Kemudian, Fiola selaku Humas IWD Yogyakarta saat diwawancarai mengatakan bahwa dirinya mengapresiasi solidaritas dari laki-laki. Menurutnya, ketika mengatakan kesetaraan, berarti menjadi perjuangan semua manusia, tidak terbatas gender.

“Bagaimana kita bisa mencapai kesetaraan, ketika kita mau menghancurkan patriarki perlu ada perubahan mindset dari laki-laki,” ucapnya.

Reporter: Yusuf Bastiar

Penulis: Dyah Ayu

Penyunting: Adil

Persma Poros
Menyibak Realita