Keladi-Keladi Tua Sebuah Realita Sang Pensiun

Loading

_MG_3120
Giwang sedang kongkalikong dengan para petugas Bank. Fotografer : Dalety

Keluarga teater PeBei menggelar pementasan drama yang berjudul Keladi – keladi Tua. Pementasan ini berlangsung di Gedung Societet TBY pada (2/11) pukul 19.30 – selesai. Cerita yang di adaptasi dari naskah Pensiunan karya Heru Kesawa Murti malam tadi disutradarai oleh Titi Widyayanti. Pemain dalam pementasan drama ini berjumlah 22 orang yaitu Dadi, Ira, Arofat, Hesti, Umar, Annisa, Ardi, Tigas, Yossi, Dannis, Yuliani, Mida, Reni, Nu, Abdul, Rijal, Dika, Fira, Ahmad, Yusuf, Ardian dan Sutejo.

“Saya sendiri alhamdulillah cukup puas dengan apa yang saya lakukan, apa yang saya keluarkan,“ papar Dadi, salah satu pemain drama Keladi – keladi Tua. Pementasan drama ini menceritakan tentang kisah para pensiunan yang penuh dengan cerita tentang kisah hidup di hari tua. Berawal dari kisah mereka yang ingin mengambil uang pensiunan di bank. Semua konflik terjadi mulai dari suka dan duka. Cerita ini bermula dari percakapan ringan antara Arofat yang berperan sebagai Giwang dan Ira berperan sebagai Sudi yang kemudian berlanjut dengan bertambahnya Rama Wiji. Seorang pensiunan yang paling memiliki pengaruh besar karena ilmu kebatinannya. Semua pensiunan tersebut pun mulai bercengkrama. Konflik dalam cerita ini dimulai dari Bu Minggir, tiba-tiba terjadi sebuah kejadian yang mengejutkan. Ia berteriak “buolong pakne, buolong pakne, bolong.” Ternyata dari musibahnya itu Bu Minggir malah bercerita panjang lebar mengenai permasalahan yang sedang menimpanya. Tak hanya itu, ternyata peran Suweng yang menjadi penjual barang-barang kepada pensiunan pun seolah memperjelas realita para pensiunan yang sering berhutang untuk membeli sesuatu. Dimana hutang itu akan dibayar setelah uang pensiunan cair dan bisa diambil di Bank.

Dadi mengatakan bahwa merasa puas dengan dirinya ketika mementaskan drama dengan mengeluarkan semua tenaganya. Dalam hal ini, berhasil memerankan Rama Wiji yang seolah – olah tidak bisa apa – apa dan ingin meninggikan kehormatannya dengan mengaku sebagai dukun.

Baca Juga:  Pram Taba: Rezim Jokowi-Ma’ruf adalah Dalang Pelanggaran HAM di Indonesia

R. Muhammad Ali, S.S , M.Si selaku Kaprodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) mengatakan bahwa kegiatan ini (pementasan drama- red) dirasa penting untuk mahasiswa. “Apalagi sudah tahu mereka punya bakat yang beragam dan menjadikan media untuk mengembangkan kreatifitas,“ jelasnya. Ia mendukung kegiatan ini mulai dari fasilitas hingga pementasan drama. “Pementasan ini sudah adaptasi dan alhamdulillah prodi selalu mendukung. Pementasan drama ini tak lain bagian pengkaderan.“ tambah bapak yang pernah menjadi pembina UKM Pers Mahasiswa POROS.(Azizah)

Persma Poros
Menyibak Realita