KEMISKINAN TAK PERNAH SEBAHAYA KEKAYAAN

Loading

 

 

 

 

Judul buku: Perempuan Berbicara Kretek

Penulis: Abdi Handayani, dkk

Penerbit: Indonesia Berdikari

Jumlah Halaman: 322 Halaman

Agak ngernyitkan dahi saat membaca judul buku ini yang membicarakan tentang kretek atau sering disebut orang awam dengan rokok. Ditengah gembar-gembor kampanye masalah kesehatan oleh organisasi kesehatan baik lokal maupun internasional seperti WHO yang menyatakan bahayanya rokok dengan dalil kesehatan, buku ini malah membicarakan kretek lewat kisah –kisah kecil yang menetang pernyataan bahaya rokok.

Ketika ormas-ormas agama mengklaim haramnya rokok dan tempat-tempat umum melarang pengunjung menghisap rokok, buku ini menolak diskriman yang dianggap tidak adil. Ditengah kehidupan modern dimana banyaknya asap polusi yang terdapat dari asap pembuangan kendaraan bermotor yang semakin hari jumlah motor semakin bertambah, polusi suara dari suara mesin atau suara rekontruksi jalanan membuat stress masyarakat ditambah lagi berbagai masalah pelik baik urusan pribadi maupun kantor.

Keadaan tersebutlah yang memicu penyakit pada masyarakat kehidupan modern yang disumbangsihkan oleh polusi dan stress. Satu pertanyaan di dalam benak muncul kenapa rokok disalahkan sebagai penyebab kanker, gangguan janin dan penyakit lainnya. Seolah rokok dijadikan tumbal setiap akar permasalahan penyakit yang ada pada masyarakat. Bukankah stress dan polusi juga memberikan sumbangsih kanker dan penyakit bahaya lainnya, tapi jarang sekali orang membicarakan bahaya stress dan polusi terhadap kesehatan.

Buku ini berisi kumpulan cerita nyata para perempuan prokok dan non prokok tentang rokok. Stigma masyarakat yang memandang wanita prokok sebagai wanita jalang atau nakal patut dipertanyakan, memandang seseorang dari sampul luar adalah sebuah pemikiran dangkal yang tak adil. Begitu pula memandang rokok sebagai sumber penyakit bahkan mengklaim haram untuk rokok bukanlah pemikiran yang bijaksana. Padahal semua orang tahu bahwa devisa negara terbesar dihasilkan oleh pabrik-pabrik rokok dimana menguntungkan penduduk pribumi baik pentani tembakau, pekerja pabrik, para penjaja rokok dan semacamnya. Apa jadinya jika pabrik-pabrik kretek atau rokok ditutup? Maka akan terjadi pengangguran besar-besaran yang akan merugikan negara sendiri.

Baca Juga:  Memaknai sebuah Nilai Puisi melalui Dead Poets Society

Dari buku ini kita bisa melihat sudut pandang lain tentang rokok yang selama ini luput dari pandangan masyarakat. Buku ini benar-benar menarik perhatian membuat pembaca mengernyitkan alis heran sekaligus mengangguk seolah membenarkan tiap argument yang dijelaskan. Saya rasa buku ini benar-benar menarik perhatian bagi pemerhati social, ahli ekonomi dan bagi mereka yang berkecimpung dibidang kesehatan.

Memang buku ini masih bersifat spekulatif dan masih berupa hipotesa sementara tanpa ada penelitian yang benar-benar ilmiah untuk menentukan seberapa besar sumbangsih rokok dapat menyebabkan kanker dibanding polusi udara, suara dan stress. Namun buku ini berhasil mendobrak stigma-stigma kuno dalam alur pikir kita yang memandang negative rokok. (Diana)

Persma Poros
Menyibak Realita