Mata Kita Social Venture Conference: Menuju Gerakan Konkret dari Pemaparan Ide–Ide Mahasiswa

Sumber Foto: Instagram Komunitas Mata Kita

Kamis, (21/11) Acara Social Venture Conference bertajuk Revolutionary Act Toward Industry 4.0 yang merupakan hasil kerja sama antara komunitas Mata Kita Yogyakarta, Narasi TV, dan Forum Badan Eksekutif Mahasiswa se-DIY dilaksanakan di Amphitarium Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan adjudicator Najwa Shihab dan Zainal Arifin Mochtar.

 Acara ini mengangkat tiga isu untuk dibahas oleh adjudicator, para delegasi dari tiap  universitas di Yogyakarta, dan seluruh peserta yang hadir. Tiga isu tersebut yaitu, anti korupsi, toleransi, dan partisipasi publik. Acara ini dibuka oleh Wakil Rektor III UAD, Abdul Fadlil, Presiden Mahasiswa UAD, Rifandi, Ketua Biro Kemahasiswaan, Danang Mazduki, dan perwakilan Komunitas Mata Kita.

Najwa Shihab selaku salah satu adjudicator acara tersebut merupakan pusat perhatian dari berlangsungnya acara ini. Seperti yang  diketahui, Najwa atau yang akrab dipanggil dengan panggilan Nana merupakan seorang news anchor yang terkenal di Indonesia karena memiliki pemikiran tajam, sehingga ia banyak digandrungi mahasiswa.

Namun, untuk mendapatkan akses hadir di acara ini cukup sulit, karena calon peserta harus lolos dari persyaratan–persyaratan yang diberikan oleh panitia. Ada pun persyaratannya adalah diwajibkan untuk melampirkan curriculum vitae, esai, dan motivation letter.

Liana Sumarno, selaku ketua panitia memaparkan, bahwa acara ini awalnya hanya direncanakan semacam pertemuan khusus antara Mata Kita dan perwakilan mahasiswa saja, namun karena antusias untuk bertemu Najwa sangat tinggi, maka acara ini diperbesar kapasitasnya. Diketahui, panitia menyediakan 345 kursi untuk peserta dari seluruh mahasiswa di DIY.

Rangkaian acara Mata Kita Social Venture Conference ini diisi dengan pemaparan ide dari 10 delegasi yang sudah ditentukan. 10 delegasi tersebut memaparkan langkah konkret yang akan dilakukan untuk menumbuhkan masyarakat yang antikorupsi, bersifat toleransi, dan mewujudkan partisipasi publik.

Baca Juga:  Gara-Gara Jangkrik Jadi Duta IPTEK

Pemaparan ide dari 10 delegasi tersebut kemudian ditanggapi oleh kedua adjudicator, yaitu Najwa Shihab dan Zainal Arifin Mochtar. Nina, salah satu delegasi dari Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo (STIPRAM) yang memaparkan ide untuk mewujudkan toleransi di Yogyakarta, merasa bahagia karena bisa berdiskusi secara langsung dengan Najwa dan dikomentari ide-idenya.

“Apalagi idenya masuk lima terbaik, bisa diskusi saja sudah alhamdulillah banget,” ujar mahasiswa tingkat akhir tersebut.

Dari 10 ide yang disampaikan delegasi, tim Mata Kita dan delegasi memilih delapan ide yang paling mudah untuk bisa dilakukan dalam waktu dekat. Ide untuk mewujudkan antikorupsi yaitu, penyuluhan dini antikorupsi di sekolah dasar dan sekolah menengah, transparansi dana BEM, dan orasi publik pada peringatan hari antikorupsi 9 Desember 2019.  

Ide untuk mewujudkan toleransi, yaitu penyuluhan kepala desa tentang penghapusan diskriminasi etnis dan agama dalam lingkungan tempat tinggal mahasiswa serta diskusi lintas agama di lingkungan kampus bersama mahasiswa.

Sedangkan untuk mewujudkan partisipasi publik, ide yang dipilih yaitu, membentuk gerakan mahasiswa pemantau Pemilihan Umum Daerah (Pilkada), mendirikan sekolah alam untuk anak putus sekolah, dan mengadakan bank sampah.

Kedelapan ide tersebut akan diwujudkan oleh delegasi dibantu oleh komunitas Mata Kita dan para peserta yang hadir dalam acara Mata Kita Social Venture Conference. Ide terpilih itu juga akan dijadikan resolusi Mata Kita dan mahasiswa DIY untuk dilakukan tahun 2020 mendatang.

Reporter: Arista, Wanda, Royyan

Penulis: Wanda, Royyan

Persma Poros
Menyibak Realita