Jemparingan atau yang biasa disebut dengan panahan sudah menjadi salah satu kegiatan Keraton Yogyakarta sejak Hamengkubuwono I.
Anggota paguyuban jemparingan mataram sedang menunggu peluit ditiup. Bunyi peluit menandakan jemparingan dimulai. Kegiatan ini diadakan setiap hari selasa di jl. Alun-alun selatan, Patehan, Keraton, Yogyakarta tepatnya di belakang gedung Sasono Hinggil (09/08/2016).
Tampak salah satu peserta jemparingan sedang memilih anak panah yang akan digunakannya. Setiap peserta jemparingan memiliki kesempatan sebanyak enam kali untuk memanah.
Para peserta jemparingan berasal dari abdi dalem keraton Yogyakarta. Mereka mulai membidik sasaran setelah peluit ditiup.
Abdi dalem perempuan keraton Yogyakara juga dapat mengikuti Jemparingan.
Jemparingan atau panahan ini dipimpin oleh satu wasit.
Jarak sasaran pemanah sejauh 35 m. Para peserta memiliki aturan memanah yang berbeda dari cara yang digunakan pada umumnya.
Para peserta sedang mengambil anak panahnya. Ini menandakan putaran pertama telah selesai. Kegiatan jemparing memiliki 20 putaran.
Peserta jemparing (baju hitam) sedang menjelaskan nilai yang akan didapat jika mengenai sasaran. Warna merah memiliki nilai 3, kuning 2, putih 1, dan jika mengenai bola maka -1.
Kenong akan dibunyikan saat peserta jemparing mendapatkan nilai dan pengurangan nilai.
Inilah salah satu abdi dalem perempuan yang mendapatkan nilai +1.
Tampak para peserta Jemparingan berlomba-lomba untuk mengenai sasaran hingga putaran akhir.[Khafidz]
Menyibak Realita