Najwa Shihab: Masalah Global Seringkali Solusinya Lokal bahkan Individual

Sumber: Youtube UAD
Sumber: Youtube UAD

Loading

Sumber gambar: Youtube UAD

Kegiatan Mata Kita Social Venture Conference menurut Najwa Shihab selaku adjudicator adalah sebagai salah satu cara untuk mencari ide, karena menurutnya ide adalah yang paling mahal di zaman sekarang. Ia berharap, setelah kegiatan ini berlangsung ide tersebut dapat terejawantahkan dalam bentuk nyata.

Najwa membenarkan bahwa permasalahan yang dihadapi sekarang adalah permasalahan global. Seperti halnya konsevartisme, radikalisme, berita hoaks, korupsi, dan toleransi, hal itu juga dirasakan negara lain. Namun begitu, menurutnya solusinya semakin lokal atau bahkan individual. Ia mengajak peserta untuk mengenali diri sendiri, karena intoleransi kelompok itu dimulai dari intoleransi individu-indvidu.

“Kadang kita tidak sadar menggunakan kalimat-kalimat yang sebetulnya bernada melecehkan,” ujar tuan rumah acara Mata Najwa tersebut.

Di akhir acara, Najwa juga berpesan untuk  bermimpi besar, berpikir besar, dan bertindak besar. Menurutnya, bermimpi besar adalah ketika seseorang mengenyahkan kata tidak mungkin dalam kamusnya. Ia berpesan untuk tidak membatasi dan mengekang mimpi.  

“Biar pacar yang suka ngekang-ngekang itu aja yang ngekang, kita jangan,” ujarnya di atas panggung amphitarium Kampus Utama Universitas Ahmad Dahlan (21/11).

Namun begitu, ia menyampaikan bahwa untuk mewujudkan mimpi besar itu perlu dilakukan dengan langkah-langkah kecil. Ia mengibaratkan mahakarya Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia. Menurutnya, buku itu berasal dari huruf-huruf, menjadi kalimat, lalu menjadi paragraf, dan akhirnya menjadi buku yang luar biasa.

“Setiap langkah besar, harus dimulai dengan langkah yang kecil-kecil,” pungkasnya.

Sejalan dengan yang disampaikan Najwa, adjudicator kedua, Zainal Arifin Muchtar juga berpesan untuk lebih memperhatikan hal-hal kecil. Menurutnya, lebih baik mendapatkan kemenangan-kemenangan kecil yang dilakukan secara kontinyu, daripada mengusahakan kemenangan besar yang dipaksakan.

Baca Juga:  Habis Menolak, Terbitlah Kriminalisasi

“Jangan berusaha untuk memindahkan gunung, tetapi coba pindahkan pasir per pasir dan lakukan secara kolektif, maka gunung itu akan pindah,” ujar dosen Universitas Gajah Mada tersebut.

Terakhir, Zainal meyakini bahwa tidak ada buku yang disebut sampah. Ia berpesan, mahasiswa sudah seharusnya membaca segala jenis buku. Jika diibaratkan, membaca itu seperti mengumpulkan senjata, semakin banyak membaca, maka semakin banyak amunisi untuk digunakan saat perlu. Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi Fakultas Hukum UGM itu juga meyakini bahwa dengan membaca akan memperluas wawasan dalam menghadapi suatu permasalahan.

“Jangan sampai menjadikan satu perspektif adalah yang paling benar,” pungkasnya.

Reporter dan Penulis: Royyan

Persma Poros
Menyibak Realita