Oppenheimer dan Segala Kerisauan

Identitas Film

Judul: Oppenheimer

Sutradara: Christoper Nolan

Pemeran: Cillian Murphy (J. R. Oppenheimer), Emily Blunt (Katherine Oppenheimer), Matt Damon (Leslie Groves), dan Robert Downey Jr. (Lewis Strauss)

Tanggal rilis: 19 Juli 2023

Durasi: 180 menit

Saat pertama kali melihat berita terkait film garapan Christopher Nolan yang berjudul Oppenheimer, saya langsung tertarik dan tidak sabar untuk menunggu rilisnya. Ditambah dengan jajaran aktor ‘kelas atas’ yang membintanginya membuat ekspektasi saya sangat tinggi untuk film ini.

Oppenheimer merupakan film yang bergenre drama biografi dari kisah Julius Robert Oppenheimer, seorang fisikawan teoritis terkenal dari Amerika Serikat, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Bom Atom. Julius Robert Oppenheimer memiliki kontribusi besar pada fisika teori, khususnya pemahaman mengenai mekanika kuantum dan fisika nuklir. Dikisahkan dalam film, Oppenheimer sebagai pembuka jalan tentang ilmu fisika kuantum di Universitas California, Berkeley.

Saat pertama kali belajar sejarah mengenai kemerdekaan Indonesia, saya selalu penasaran “Bagaimana bisa sebuah bom menghancurkan suatu wilayah besar?” Meskipun tidak terlalu menjawab rasa penasaran saya, Oppenheimer tetap menarik, dari segi cerita maupun tampilan visual khas yang selalu disajikan oleh Christopher Nolan seperti beberapa film sebelumnya. Pada film ini, Nolan lebih memfokuskan cerita pada sisi Oppenheimer sebagai seorang ilmuwan yang menemukan bom atom pertama di Amerika Serikat.

Cerita dalam film dimulai dari perjalanan Oppenheimer di Laboratorium Cavendish, Cambdrige. Dilanjutkan kisah Oppenheimer mengajar fisika kuantum di Universitas California dan Institut Teknologi California. Hingga akhirnya pada tahun 1942, Oppenheimer ditawari untuk memimpin Proyek Manhattan, dalam rangka mengembangkan bom atom untuk Amerika Serikat. Pada bagian akhir film dikisahkan mengenai situasi Oppenheimer setelah perang dunia kedua usai.

Satu hal yang sangat melekat setelah menonton film ini adalah kualitas akting dari Cillian Murphy yang berhasil memerankan tokoh Julius Robert Oppenheimer. Rasa gelisah, cemas, dan kalut berhasil diperankan dengan baik oleh Murphy. Sangat jarang terlihat ekspresi gembira dari seorang Oppenheimer, bahkan saya tidak ingat apakah pernah Murphy tersenyum dalam film itu.

Baca Juga:  Law School: Hukum Harus Menghasilkan Keadilan

Adegan ikonik dari Oppenheimer adalah Kini aku menjadi maut … penghancur dunia, yang diambil dari kitab suci Agama Hindu, Bhagavad Gita. Menurut seorang sejarawan dan ahli teknologi nuklir, Alex Wallerstein, menafsirkan kutipan yang dilontarkan oleh Oppenheimer dalam sebuah wawancara. Menurutnya, Oppenheimer bukanlah Krishna dan Wisnu, bukan dewa yang mengerikan, bukan pula penghancur dunia. Dia adalah Arjuna, pangeran manusia, dia adalah orang yang tidak benar-benar ingin membunuh saudara-saudara sesamanya, tapi dia telah diperintahkan untuk berperang oleh sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri. Fisika, fisi, bom atom, perang dunia kedua, apapun itu. Kutipan tersebut yang menggambarkan rasa bersalah Oppenheimer sepanjang film.

Karakter Thomas Shelby (tokoh antagonis serial Peaky Blinders, dalam platform Netflix) yang sudah melekat kepadanya langsung hilang setelah memerankan tokoh Oppenheimer. Bahkan saat saya mendengar nama Oppenheimer, yang muncul dalam kepala adalah Cillian Murphy. Lagi-lagi ia berhasil memerankan film yang disutradarai oleh Christopher Nolan.

Oppenheimer memiliki alur yang maju-mundur dan beberapa adegan yang berwarna hitam putih. Kualitas Christopher Nolan sebagai sutradara ternama memang sudah tidak diragukan lagi. Detail-detail kecil pada film pun digarap dengan apik, begitu juga dengan beberapa tampilan visual yang memanjakan mata, membuat saya banyak bertanya-tanya, “Bagaimana Nolan membuat tampilan dari adegan ini?” Terlebih idealisme Nolan untuk tidak menggunakan CGI dalam pembuatan efek ledakan bom atom dalam film Oppenheimer.

Selain itu, scoring yang digunakan turut membuat penonton terserap dalam suasana ketegangan film, menjadi nilai plus bagi film Oppenheimer. Di sisi lain, saya cukup terhibur saat Nolan memasukkan cerita dari sisi gelap Oppenheimer sebagai seorang ilmuwan. Saya yakin bahwa banyak dari kalian yang sudah mengetahui mengenai sisi gelap para ilmuwan dunia. Oppenheimer merupakan pria yang doyan berselingkuh, sehingga sedikit membuat saya menggelengkan kepala ketika menontonnya.

Namun, jika anda berpikir dalam film ini akan lebih diceritakan dengan detail pembuatan bom atom, maka anda harus sedikit menurunkan ekspektasi. Karena dalam film ini lebih banyak diceritakan mengenai penyesalan dari Oppenheimer dan situasi politik pada perang dunia kedua saat itu. Hal ini menjadi salah satu kelemahan dalam film, ditambah durasi pemutaran mencapai tiga jam dengan pace film yang cepat. Jika tidak bisa fokus pada adegannya, maka akan membuat anda mengerutkan dahi dalam mengikuti ceritanya.

Baca Juga:  In Time

Ekspektasi saya terjatuhkan di satu jam pertama pemutaran film, pasalnya ekspektasi adegan rumitnya pembuatan bom atom malah nihil ditampilkan. Mungkin, kesalahan saya yang tidak membaca terlebih dahulu mengenai sinopsis film dan sejarah-sejarah yang berkaitan dengan tokoh Oppenheimer, sehingga banyak karakter yang tidak familier. Selain itu, sebagai penonton umum yang tidak terlalu mengerti tentang dunia fisika maupun kimia, membuat saya tidak terlalu menangkap isi cerita selain bom atom yang berhasil dibuat.

Belajar dari film-film terdahulu yang digarap Christoper Nolan, seperti Memento, Inception, Interstellar, maupun Tenet memang perlu satu fokus untuk menikmatinya, sama halnya Oppenheimer. Saya selalu berpendapat bahwa karya Christopher Nolan memang tidak cukup untuk ditonton sekali saja, perlu 1—2 kali lagi agar memahami esensi ceritanya. Namun, karena film Oppenheimer lebih fokus membahas biografi tokoh, saya bisa langsung mencari di pustaka untuk informasi lebih lengkapnya.

Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangannya, bagi saya Oppenheimer sangat layak untuk ditonton dan dinikmati. Oppenheimer akan membawa kita ke dalam ketegangan, pengkhianatan, suka cita, kesenangan, dan kesedihan. Selain itu, anda akan lebih dalam mengenal sosok Julius Robert Oppenheimer dan konflik yang dialami sepanjang hidupnya.

Terakhir, saran dari saya sebelum menonton, bacalah sedikit kisah dari Oppenheimer. Kemudian, singkirkan ponsel anda dan luangkan waktu menyimak tiga jam ke depan agar anda bisa menangkap dengan jelas isi karya terbaru Christopher Nolan yang ‘mahal’ ini.

Penulis: Attoriq Nurohman

Penyunting: Agidio Ditama

Sumber gambar: Pinterest

Persma Poros
Menyibak Realita