Pelaksanaan Kuliah Daring Terkendala

Loading

Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengalami beberapa kendala dalam pelaksanaan kuliah daring. Mulai dari koneksi internet yang buruk, tidak memahami pemaparan dosen, hingga ketidaksiapan beberapa dosen menggunakan metode pembelajaran daring.

Eka Sari Ramadani mahasiswa Program Studi (prodi) Pendidikan Matematika mengatakan bahwa ia memiliki banyak kendala dalam melaksanakan kuliah daring.

“Kadang gak paham yang dijelasin dosen kalau cuma video doang. Mau nanya tapi kadang suara kita tenggelam sama suara-suara yang lain,” ujarnya.

Dalam pelaksanaan kuliah daring, beberapa dosen menggunakan media seperti Google Classroom, E-learning, dan Zoom.

Senada dengan Eka, Yab Yakoba Procilia mahasiswa prodi Pendidikan Biologi menilai pelaksanaan kuliah daring tidak sesuai dan tidak efektif. Sebab, dosen tidak mengajar, melainkan memberi materi dalam bentuk powerpoint (PPT) saja. Setelah memberi materi, dosen hanya akan membuka forum diskusi daring melalui Google Classroom atau E-learning. Hal tersebut justru membuat mahasiswa sulit menerima materi yang disampaikan.

Jadwal perkuliahan yang tidak sesuai pun menjadi kendala. Selain itu, Yakoba menambahkan, kuliah daring membuka peluang untuk mahasiswa tidak hadir kuliah.

Kendala lain juga dirasakan Didiet Kurniawan Bintoro mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi, ia merasa bahwa staf pengajar masih banyak yang belum menguasai media kuliah daring.

“Makanya banyak yang masih belum bisa, banyak yang masih kaget,” ujarnya.

Kejadian serupa juga dialami  Ibnu Adhitia Pratama, mahasiswa prodi Manajemen. Dia mengungkapkan bahwa, kendala yang harus ia hadapi adalah kurang fokus dalam mendengarkan penjelasan dosen terkhusus pada penggunaan teleconference saat melakukan presentasi atau meeting secara daring. Menurutnya, itu sangat tidak kondusif dan tidak efektif, karena dosen memberikan materi kurang jelas, sehingga ia dan teman-temannya tidak sepenuhnya menerima pedagogi tersebut.

Baca Juga:  Milad FSBK, Ajak Mahasiswa Melek Literasi Media dan Sastra

Disamping itu, penggunaan e-learning juga sangat dibutuhkan untuk proses pembelajaran. Sayangnya, beberapa mahasiswa mengaku sama sekali belum pernah mengakses akun e-learningUAD.

“Saya pribadi belum pernah menggunakan e-learning, mungkin kendalanya karena belum banyak dipelajari oleh mahasiswa dan dosen, sehingga mayoritas masih menggunakan grup WhatsApp, karena, lebih fleksibel dan mahasiswa mendapatkan materi perkuliahan berupa file atau bacaan dari dosen yang bersangkutan,” tutur Muchamad Manik Ridorahardjo, mahasiswa prodi PBSI.

Menurut mereka, meski kuliah secara klasikal belum tentu menjamin mahasiswa paham materi, tetapi cara ini dapat memberikan kesan dan sedikit membantu, daripada harus belajar sendiri melalui file yang diberikan dosen melalui daring.

Zulkarnain, mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam memaparkan bahwa, metode pembelajaran daring masih kurang, karena penggunaannya yang cukup mendadak. Jika saja penerapan belajar daring telah dioperasikan sejak lama, mungkin akan menyelesaikan masalah dalam pengoperasian media pembelajaran dan membantu perkembangan mahasiswa di bidang teknologi.

Rabu, (25/03) reporter Poros mewawancarai salah satu mahasiswi PBSI yang enggan disebutkan namanya melalui Whatsapp. Ia mengatakan bahwa beberapa dosen lebih memilih memberikan tugas kepada mahasiswa. Terlebih, mengingat surat keputusan tentang perkuliahan terkait tindakan preventif terhadap virus korona terikrar di awal semester, tak ayal jika beberapa dosen memberikan tugas dengan materi yang belum pernah disampaikan. Bukan itu saja, ia juga menyatakan adanya perkuliahan daring pada tanggal merah. 

Fajar Dwi Putra seorang dosen sekaligus praktisi  mengutarakan bahwa ia merindukan proses belajar mengajar di dalam ruangan dan masih mencintai perkuliahan tatap muka, alasannya Fajar bisa menegur mahasiswa yang terlambat.

Pada hari pertama kuliah daring, mahasiswa prodi Sastra Indonesia semester VI bahkan sempat tidak melaksanakan kuliah pada satu mata kuliah dikarenakan dosen yang belum menguasai aplikasi pembelajaran daring. Reporter Poros beberapa kali mencoba mewawancarai dosen yang berbeda terkait ini, namun semua yang dihubungi tidak menyanggupi.

Baca Juga:  FKIP Juarai Pensi P2K 2018

Kurnia Putri Nur Wijaya Mukti mahasiswa prodi Pendidikan Guru dan Sekolah Dasar juga memiliki banyak kendala dalam kuliah daring. Sebab, menurutnya untuk menerima pelajaran itu lebih mudah kuliah tatap muka karena terdapat interaksi di dalamnya. Namun begitu, ia memaklumi kendala yang terjadi tersebut.

“Dalam situasi yang mendesak seperti ini memang alangkah baiknya demi kebaikan bersama adalah melaksanakan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar- red) berbasis online,” ujarnya.

Selain itu, meski dengan berbagai kendala, Kurnia juga menuturkan ada hal positif dari adanya kuliah daring. Menurutnya, sebagai generasi 4.0, hal tersebut dapat membuatnya memanfaatkan teknologi dengan baik. Ia juga berharap agar kuliah daring ini dapat menjadi alternatif sistem pembelajaran tatap muka, namun sebagai kebutuhan sekunder saja.

Penulis: Dyah (magang)

Penyunting: Royyan

Persma Poros
Menyibak Realita