Penyimpangan Ketuhanan dan Keimanan

Loading

Penyimpangan Ketuhanan dan Keimanan

Oleh : Yanina Safitri

Judul buku     : Is Religion Killing Us ?

                     Membongkar Akar Kekerasan dalam Bible dan Al-Qur’an

Penulis          : Jack Nelson-Pallmayer

Pengantar     : Dr. Haryatmoko, S.J dan Dr. Hamim Ilyas

Penerjemah   : Hatib Rachmawan & Bobby Setiawan

Penerbit       : Pustaka Kahfi, Yogyakarta

Cetakan        : I, 1 Februari 2007

Tebal            : xxxiv + 277 hlm

 

Sangat sulit kini mencari mencari agama yang memang benar-benar diperuntukkan untuk perdamaian dunia (Rahmatan lil ‘Alamin) kian hari kita hanya bisa melihat wajah-wajah agama dunia yang kian beringas. Menghalalkan peperangan sebagai dalih mewujudkan keadilan serta melegalkan kekerasan untuk menghukum manusia yang dianggap berdosa. Dosa dalam perspektif kaum penguasa, yang menggunakan agama untuk menindas kelompok yang lemah.

Kekerasan yang terjadi di dunia ini disebabkan oleh dorongan dan kebenaran oleh agama atau untuk mendapatkan legitimasi teks-teks kitab suci. Artinya akan terjadi paradoks ketika disatu sisi agama menyerukan perdamaian. Cinta kasih, toleransi dan tolong menolong, namun di sisi lain dalam teks-teks kitab suci ajaran untuk bersikap keras menjadi perintah yang hampir menjadi kewajiban utama. Kekerasan yang terjadi membutuhkan pembenaran agama atau menggunakan legitimasi agama?.

Nelson-Pallmeyer mencoba menampilkan gambaran tersebut dengan tajam merangkai teks-teks itu sehingga menunjukan bahwa kekerasan religius yang dilakukan para penganut agama monotheis (Budhaisme, Kristianisme dan Islam) tidak semata-mata masalah distorsi dalam penafsiran teks-teks suci. Kekerasan itu lebih berakar dalam tradisi kekerasan Tuhan yang tersurat pada inti teks-teks suci agama-agama itu.

Dalam kekerasan–kekerasan agama, gambaran Tuhan yang menonjol ialah Tuhan sebagai penghukum, penganiaya, pemaksa, pembakar dendam dan sewenang-wenang. Gambaran Tuhan yang keras ini tentu menghentak rasa keagamaan kita. Padahal memang gambaran ini ternyata sangat menentukan hubungan antar agama dan hubungan intern agama itu sendiri.

Baca Juga:  Persoalan Kesenjangan Serius di Balik Genosida Ambisius dalam Film The Purge: Anarchy

Meskipun masalah agama dan kekerasan merebak baik melalui perilaku manusia dan teks-teks suci orang Yahudi, Kristen, dan Islam, namun penulis tetap memfokuskan pembahasan pada permasalahan tradisi kekerasan Tuhan dalam Bible dan Al-Qur’an. Penulis juga setuju dengan adaya arus positif antara Bibel dan Al-Qur’an. Meski terdapat pula arus negatif pada keduanya yang merupakan masalah klasik. Masalah klasik yang tidak pernah dihiraukan yakni penyebarannya melalui sebuah otoriter kekerasan dari Tuhan. Gambaran kekerasan yang patut dibenci dan tindak pembunuhan terhadap manusia ternyata dibenarkan dalam pandangan keagamaan.

Perpecahan dunia yang disebabkan oleh kekerasan, kebanyakan dipicu oleh agama yang menciptakan klaim-klaim tentang Tuhan dan sejarah. Kekerasan oleh manusia tidak dapat dihindari selama kita yang meyakini doktrin agama yang tetap melegitimasi kekerasan yang mengatasnamakan Tuhan (agama). Teks-teks suci yang kita pahami memerintahkan agar tidak ragu-ragu untuk mempercayai agama kita dan penafsira-penafsiran tertentu yang menegaskan bahwa keyakinan kitalah yang paling benar.

Lebih jauh Nelson-Pallmeyer membicarakan tentang ‘malapetaka agama’ yang menyampaikan fakta mengenai gambaran Tuhan identik sebagai penghukum dan penganiaya, serta sebagai pemaksa dan bertindak sewenang-wenang. Selanjutnya dalam buku ‘Is Religion Killing Us” ini membahas empat sub tema terkait dengan kekerasan yang dilakukan atas nama Tuhan yang menjadi inti Bibel dan Al qur’an.

Penulis juga menggambarkan bagaimana penerimaan tradisi kekerasan atas nama Tuhan dalam teks-teks suci yang mendorong kekerasan manusia dan mendukung perilaku sewenang-wenang untuk mendapatkan kekuasaan. Kekuasaan Tuhan seringkali diekspresikan dalam bentuk yang menakutkan berupa sanksi, hukuman siksaan, kekalahan musuh dan superioritas kekerasan.

Terkadang kita tidak menyadari penyebaran tradisi (budaya) kekerasan yang mengatasnamakan Tuhan, yang menguatkan hubungan antara kekerasan dan keutuhan, sehingga secara fungsional, kekerasan menjadi agama baru di dunia ini.

Baca Juga:  Catatan Kecil Membaca Indonesia

Dari buku ini pula, kita mencoba mengangkat sisi lain dari penyerangan Amerika terhadap Afganistan yakni memfokuskan pada kajian teologi yang melatarbelakangi kekerasan termasuk peperangan yang sedikit banyak menggunakan legitimasi agama. Begitu juga terorisme yang sering sekali mengatasnamakan Tuhan dan Agama.

Selanjutnya penulis juga memaparkan bahwa kegagalan sejarah merupakan kegagalan agama dalam mengatasi kecenderungan terhadap kekerasan. Ajaran untuk membersihkan agama dari tradisi kekerasan sering dianggap sebagai rongrongan terhadap pesan keselamatan yang mereka bawa. Pandangan kritis diangggap membahayakan kemurnian kitab suci yang selama ini menjadi solusi semua masalah.

Buku ini memang untuk pertama kalinya membuat akal dan rasional kita bertentangan. Tanpa sebuah pondasi keimanan yang kuat mungkin kita akan tersesat tapi di balik semua itu, di dalam buku ini ada pesan tersirat yang bila kita jeli dan berfikir dalam. Wallahua’alam bis showab.

 

Persma Poros
Menyibak Realita