Seven Years in Tibet : Cara Pandang Petualang Sejati dalam Memaknai Kehidupan

Loading

Judul : Seven Years in Tibet (1997)

Sutradara : Jean-Jacques Annaud

Pemeran : Brad Pitt, David Thewlis, B.D. Wong, Mako, Jamyang Jamtsho Wangchuk, Lhakpa Tsamchoe, Jetsun Pema

Distributor : Columbia TriStar Pictures (USA), Entertainment FIlm Distributor (UK)

Genre : Petualangan

Seven Years in Tibet (1997) adalah sebuah film petualangan yang diadaptasi dari buku berjudul sama, Seven Years in Tibet (1952). Buku tersebut merupakan karya Heinrich Harrer, seorang pendaki, olahragawan, dan penulis dari Austria. Dalam buku tersebut, ia menceritakan perjalanannya selama mendaki Pegunungan Himalaya dan hidup di Tibet selama tujuh tahun. Tahun 1997, Columbia TriStar Pictures resmi memproduksi film Seven Years in Tibet. Rilis 8 Oktober 1997 di Amerika Serikat dan 21 November 1997 di Britania Raya.

Film ini terbilang sukses dengan berbagai nominasi yang diperolehnnya. Kesuksesan film ini tidak lain karena peranan setiap aktor yang sangat totalitas dan menjiwai karakter dalam film. Aktor kenamaan seperti Brad Pitt tak luput bergabung dalam film ini. Brad Pitt ditunjuk sebagai sang tokoh utama, Heinrich Harrer yang merupakan pilar dalam film. Selain itu, David Thewlis sebagai Peter Aufschnaiter, Jamyang Jamtsho Wangchuck sebagai Dalai Lama, B.D. Wong sebagai Ngawang Jigme, serta jajaran aktor lainnya turut meramaikan film produksi Columbia TriStar Pictures ini.

Perjalanan dimulai ketika Heinrich Harrer dengan egonya rela meninggalkan istri yang sedang hamil untuk melakukan ekspedisi menaklukan Pegunungan Himalaya. Harrer muda sangat yakin bahwa tekadnya sempurna dan bisa kembali sebelum anaknya lahir. Dalam perjalanannya menuju Pegunungan Himalaya, Harrer bertemu dengan pendaki lain, yaitu Peter Aufschnaiter yang kemudian menjadi leader dalam ekspedisinya menaklukkan Pegunungan Himalaya.

Pendakian yang dialami Harrer ternyata tidak sesuai yang diharapkan. Beberapa hari perjalanan di Pegunungan Himalaya, kelompoknya menemui badai yang mengharuskan mereka berhenti sembari memikirkan pendakian selanjutnya. Sayangnya, saat sedang memikirkan rencana pendakian berikutnya, mereka ditahan oleh pemerintah Inggris lantaran berstatus sebagai warga Austria. Tahun 1939, Austria merupakan sekutu Jerman dalam perang melawan Inggris.

Baca Juga:  Kebenaran yang Terabaikan

Dalam film, Harrer beberapa kali mencoba untuk kabur dari penjara. Namun, semua usahanya berakhir nihil. Kemudian, ia mencoba kabur lagi untuk kesekian kalinya bersama Peter. Kali ini Harrer berhasil kabur dengan penyamarannya sebagai penjaga tahanan. Setelah kabur, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalannya ke Pegunungan Himalaya, Tibet.

Pada beberapa kesempatan, ia sering mengirimi istri dan anaknya surat. Namun, balasan yang ia terima berbeda. Istrinya menceraikan Harrer dan anaknya tidak mengakuinya. Peter pun meninggalkannya. Kemudian kejadian tersebut membuat ia sadar bahwa ego dapat merusak segalanya. Ia berusaha memperbaiki semuanya dengan perlahan, menghilangkan ego dan menghargai semuanya. Itu adalah hal terbaik yang bisa dilakukan. Harrer juga memperbaiki hubungan persahabatannya dengan Peter karena ia sadar bahwa persahabatan itu penting dalam hidupnya.

Dengan berbagai usaha yang dilakukan, akhirnya mereka berhasil masuk ke Tibet, tepatnya ke sebuah kota suci bernama Lasha. Lasha adalah kota kelahiran kepala biksu Buddha di Tibet, Dalai Lama. Sebenarnya, Dalai Lama bukan lah nama orang, melainkan sebutan atau gelar bagi kepala biksu. Dalam film, mereka berhasil masuk ke Lasha berkat penyamaran yang mereka lakukan. Beruntungnya, mereka diterima oleh salah satu pegawai istana dan dijamu serta diberikan sandang dan pangan yang cukup selama di Tibet.

Suatu hari, Harrer diundang ke istana untuk bertemu dengan Dalai Lama. Harrer sontak terkejut dengan undangan tersebut. Ia diundang ke Istana oleh Dalai Lama tidak lain untuk meminta bantuan membuat studio film untuk bangsanya. Sejak kecil, Dalai Lama sangat tertarik mempelajari sesuatu yang berbau barat, dan ia yakin Harrer bisa membantu mewujudkan idenya.

Dekatnya Harrer dengan Dalai Lama membuatnya ditunjuk sebagai penasihat kerajaan Tibet pada waktu itu. Dalai Lama sangat yakin bahwa bangsa Tibet adalah bangsa bodoh yang bisa belajar banyak hal dari Harrer yang merupakan bangsa barat.

Menurut Dalai Lama, bangsa Tibet hanya tahu tentang agama saja. Mereka sangat peduli dengan agama mereka dan menghormati tradisi yang ada. Ia ingin Harrer membantunya memperluas pengetahuan bangsa Tibet. Tapi, tetap dengan tidak mengubah kebudayaan yang ada.

Baca Juga:  Mimpi sebagai Api Penyulut

Setelah Tiongkok menduduki Tibet pada 1950, Harrer kembali ke Austria dan menceritakan tentang pengalaman hidup yang ia alami selama tujuh tahun di sana.

Sosok Harrer dalam film Seven Years in Tibet sangat memukau. Brad Pitt berhasil menjiwai karakter Harrer dengan baik. Rasa benci yang dirasakan penonton terhadap karakter Harrer pada awal film seakan membingungkan penonton setelah melihat ending film. Tidak heran kalau ia layak mendapat banyak penghargaan seperti MTV Movie Award, Rembrant Award, dan banyak lagi.

Peter yang diperankan oleh David Thewlis juga tak kalah baiknya dengan Brad Pitt. Karakter Peter sendiri termasuk orang yang sangat berhati-hati dalam mengambil segala tindakan, dan David mampu memerankannya dengan baik.

Film produksi Columbia TriStar Pictures ini juga sangat berhati-hati dalam memilih latar agar terlihat sempurna. Tahun 1997, industri film Hollywood sudah bisa menciptakan suasana dan editing film yang begitu baik dengan menggunakan peralatan yang ada. Walaupun grafis dari film ini belum terlalu baik, tapi tetap tertutupi dengan alur cerita dan akting aktor yang ciamik.

Kemampuan Jean-Jacques Annaud sebagai sutradara dan produser pun tidak lagi diragukan. Tercatat ia banyak meraih sejumlah penghargaan, termasuk empat pengahargaan Cesar, satu penghargaan David di Donatello, dan satu National Academy of Cinema Award. Sutradara asal Perancis ini tidak main-main dengan karya yang dibuatnya dengan segenap prestasi-prestasi tersebut.

Film ini cocok untuk kalian yang menyukai petualangan, ditambah dengan sentuhan drama romantis dan persahabatan. Film ini juga mengajarkan tentang keyakinan diri atas semua permasalahan hidup dan solusinya, berpikiran positif tentang kehidupan, arti persahabatan, bahkan agama. Tokoh utama Henrich Herrer adalah contoh bagi semua pria di seluruh dunia melalui cara pandangnya akan kehidupan.

Penulis : Izul

Penyunting : Anang

Persma Poros
Menyibak Realita