Sudah Saatnya Dosen Bersikap Lebih Demokratis

Loading

Sudah menjadi rahasia umum bahwa dosen selama ini dinilai eksklusif, anti egaliter. Seolah membuat tameng besar untuk membedakan mana dosen dan mana mahasiswa. Dosen tak mau berpanjang lebar membahas hal di luar pelajarannya dengan mahasiswa. Apalagi hubungannya dalam dunia maya, sulit sekali menghubungi dosen dan mendapat respons yang baik. Selama ini, jika mahasiswa bertanya panjang, bahkan dosen hanya seolah punya dua jawaban antara ya dan tidak saja.

Pola komunikasi seperti itu banyak dipraktikkan. Tanpa disadari ternyata hal tersebut menimbulkan keengganan mahasiwa untuk kembali berhubungan dengan dosen jika tidak penting-penting sekali. Dosen berubah seolah menjadi pejabat penting yang tak tersentuh rakyat jelata. Menjadi manusia eksklusif yang seolah tak selevel untuk hanya sekadar ngobrol dengan manusia selevel mahasiswa. 

Di dalam kelas, dosen menjadi otoritas tertinggi untuk mengerjai mahasiswa. Ceramah panjang-lebar—tanpa peduli mahasiswa paham atau tidak—memberi tugas sebanyak mungkin agar mahasiswa paham apa yang disampaikan—tanpa merasa perlu berpikir untuk mengubah metode pembelajaran agar mahasiswa lebih suka pada mata kuliah dan mencari sendiri pengetahuannya tanpa perlu diberi tugas.

Sudah hampir dua minggu pembelajaran metode daring dijalankan, beberapa fakultas seperti Farmasi baru sekitar satu minggu mulai melakukan pembelajaran daring. Meliburkan mahasiswa untuk sementara dosen menentukan metode pembelajaran yang efektif untuk melakukan pembelajaran daring. Langkah tersebut seharusnya bisa juga dilakukan fakultas lain untuk merumuskan cara mengajar efektif yang akan dilakukan.

Ketidakefektifan kuliah daring jelas terjadi, mahasiswa pada banyak prodi mengakuinya. Bahkan beberapa dosen juga secara langsung mengaku masih kesulitan menentukan metode yang tepat untuk melakukan kuliah daring. Akibatnya, banyak dosen yang gegabah menentukan jalan terbaik agar mahasiswa paham dengan mata kuliah adalah dengan banyak memberikan tugas untuk mahasiswa.

Baca Juga:  Tak Perlu Kompromi, Mari Terus Aksi hingga UU Ciptaker Dibatalkan

Maka, wajar  jika hanya baru beberapa hari kuliah daring dilaksanakan, sudah banyak mahasiswa mengeluh karena banyaknya tugas yang diberikan. Hal tersebut jelas terjadi, itu sebabnya Wakil Rektor Bidang Akademik, Rusydi Umar melalui surat edarannya mengimbau untuk mengurangi volume tugas bagi mahasiswa.

Selain itu, banyak juga mahasiswa yang mengeluh tentang ketidakefektifan kuliah daring, mulai dari karena menjadi tidak menentunya jadwal kuliah, banyak tugas, hingga dosen yang tidak mengajar, melainkan hanya memberi materi dalam bentuk Power Point saja. 

Metode mengajar dosen UAD, jangankan dalam kuliah daring, dalam kuliah tatap muka saja masih banyak dikeluhkan mahasiswa. Akibatnya, status-status  media sosial dipenuhi dengan keluhan mahasiswa soal kuliahnya yang membosankan. Mahasiswa tak berani terang-terangan mengatakan hal itu pada dosen berkaitan, beberapa narasumber berita kami bahkan tak berkenan untuk namanya diungkap saat dirinya mengeluhkan ketidakefektifan kuliah daring.

Masalah di atas jelas muncul dikarenakan eksklusifnya dosen saat ini. Mahasiswa takut untuk menyuarakan keinginannya jika di luar dari materi kuliah. Takut jika nilainya akan jadi buruk, takut tidak diluluskan dalam mata kuliah, dan banyak lagi. Kontrak kuliah di awal semester yang seolah membuka keran diskusi dengan mahasiswa menjadi terasa omong kosong untuk menyembunyikan kedok sifat otoriter dosen.

Hal terpenting yang perlu dilakukan dosen barangkali bukan membuat mahasiswa paham akan mata kuliah yang diampunya. Lebih dari itu, dosen mestinya membuat mahasiswa mencintai ilmu, itu lebih penting dari apapun. Sebab dengan begitu,  tanpa perlu diberi tugas, mahasiswa akan dengan senang hati mencari tugas sendiri.

Metode kuliah daring secara umum sudah berjalan hampir dua minggu, UAD juga memperpanjang kuliah daring hingga akhir Mei. Mahasiswa dan dosen sudah banyak berada dalam satu grup WhatsApp, tidak ada salahnya dosen mulai mengurangi kesan eksklusif dengan menyapa dan mulai berbincang hangat dengan mahasiswa di luar mata kuliah.

Baca Juga:  #KamiTakPercayaLidahPenguasa!

Beberapa dosen yang tak begitu aktif di dunia maya pastilah kewalahan dengan sistem kuliah daring. Hal itu baru, tetapi mahasiswa yang cenderung banyak bergelut di dunia maya dapat lebih mudah menyesuaikan dengan kuliah daring. Oleh sebab itu, mulailah dosen lebih banyak berdiskusi dengan mahasiswa, mulai dari metode pembelajaran, tugas, dan bagaimana baiknya agar kelas terasa menyenangkan bagi kedua belah pihak.

Berhenti menentukan setiap keputusan dengan sudut pandang dosen sendiri, berpikir seolah itu yang terbaik bagi mahasiswa, padahal sebaliknya. Mulailah buka pintu diskusi dengan mahasiswa selebar-lebarnya. Mahasiswa juga sudah saatnya berhenti memendam semua sendiri atau mengeluhkannya di media sosial, mari sampaikan pendapat terbaik pada yang bersangkutan.

Sudah saatnya dosen bersikap lebih demokratis, tak dibuat-buat. Hilangkan kesan eksklusif mulai dari hal terkecil bahkan dari menjawab pesan mahasiswa. Apa salahnya juga menjawab pertanyaan mahasiswa yang sudah pernah dijelaskan? Mungkin saja penjelasan dosen kurang dapat dipahami dan mahasiswa malu bertanya di kelas.

Sudah saatnya dosen bersikap lebih demokratis. Menghentikan kelas bagai neraka yang membuat mahasiswa selalu ingin segera keluar darinya.

Sudah saatnya dosen bersikap demokratis. Peka dengan keinginan mahasiswa dan berdiskusi hangat untuk memahamkan pemikiran dosen pada mahasiswa. Dengan penjelasan terbaik, tetap terbuka, dan tanpa judgement.

Sudah saatnya dosen bersikap demokratis. Siap mendengarkan setajam apapun kritik mahasiswa. Jangan pernah mengancam nilai akan diturunkan, jangan ada sentimen setelah semua disampaikan.

Dosen bukan malaikat yang selalu benar dan mahasiswa bukan setan yang selalu alfa. Dosen bukan orang paling berilmu hanya karena mengajar, mahasiswa bukan orang paling bodoh hanya karena diajar.

Semoga dengan metode belajar yang baru ini membuat banyak evaluasi bagi banyak pihak, memperbaiki banyak hal yang selama ini terabaikan dan dianggap wajar-wajar saja. (red)  

Persma Poros
Menyibak Realita