Tak Lagi Berjiwa Keguruan

Loading

Permasalahan dunia pendidikan indonesia yang sudah menjadi wacana sejak lama sudah sangat berlarut-larut sehingga memunculan masalah yang semakin menumpuk, salah satunya sikap apatis seorang calon guru yang seharusnya berorientasi pada sikap seorang pahlawan tanpa tanda jasa.

Minimnya guru yang mau di tempatkan didaerah-daerah terpencil adalah salah satu masalah yang mengakar sejak masuknya siswa menjadi mahasiswa pendidikan guru. Program pengangkatan kesejahteraan guru (sertifikasi) telah banyak disalah artikan bagi mereka calon-calon guru, bahwa menjadi seorang guru yang tersertifikasi telah menjanjikan kehidupan yang lebih layak. Pada akhirnya berkembang ke arah guru sebagai profesi, bukan pengabdian yang luhur bagi nusa dan bangsa. Saat ini ijasah manjadi incaran yang sangat penting sebagai prasarat, tidak diimbangi lagi dengan kemampuan dan jiwa guru yang sangat penting dimiliki seorang calon pendidik.

Penting sekali sebuah universitas meninjau ulang materi-materi kuliahnya agar seorang calon guru benar-benar memiliki jiwa keguruannya. Bahwa seorang guru harus dibawa kearah pengabdian yang luhur. Dan bagai mana sebuah proses pendidikan benar-benar menjadi proses memanusiakan manusia dimana pun itu tempatnya.

Penulis : Rika Fajar R.

Tulisan dimuat di harian KOMPAS, 24 Mei 2011

Baca Juga:  Data mahasiswa yang dinyatakan lulus seleksi tes wawancara POROS
Persma Poros
Menyibak Realita