The Social Dilemma: Kita Semua adalah Budak Media Sosial

Loading

Sutradara : Jeff Orlowski

Produksi : Larissa Rhodes

Penulis : David Coombe, Vickie Curtis, Jeff Orlowski

Pemeran : Tristan Harris, Aza Raskin, Justin Rosenstein, Shoshana Zuboff,  Jaron Lanier, Kyler Gisondo, Kara Hayward, Anna Lembke, Vincent Kartheiseir

Durasi : 94 menit 29 detik

Rilis : 9 September 2020 di Netflix

The Social Dilemma adalah sebuah film dokumenter rilisan Netflix yang menceritakan bagaimana media sosial berdampak buruk dan mengerikan bagi penggunanya serta bagaimana media sosial mendominasi hidup kita. Perusahaan-perusahaan teknologi megeksploitasi penggunanya untuk mendapatkan banyak keuntungan finansial. Mereka juga menguasai data penggunanya, membuat kecanduan, merusak kesehatan mental, sampai dapat membuat masyarakat terjerumus dalam polarisasi dan konflik antar-masyarakat.

Film ini juga membeberkan sisi gelap teknologi internet. Ditenagai oleh algoritme hingga akhirnya membawa pada sebuah kedilemaan. Selain itu, dikupas juga beberapa hal yang mengerikan sebagai dampak dari penggunaan media sosial, mulai dari pengawasan secara diam-diam terhadap aktivitas penggunanya, perekaman dengan hati-hati, hingga memanipulasi tampilan feed supaya individu tak bisa lepas dari media sosial.

Menariknya, dalam film dokumenter ini terdapat beberapa wawancara dengan orang-orang di balik layar, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Pinterest, dan juga platform media sosial lainnya. Ironisnya, mereka yang dulu bekerja untuk “menciptakan” platform media sosial ini, kini menjadi khawatir dengan dampak berkepanjangan yang akan terjadi. Tanpa disadari, satu platform bisa membawa dampak yang besar bagi setiap penggunanya. Mantan Presiden Pinterest, Tim Kendall, mengatakan bahwa dirinya pernah berada dalam situasi yang membingungkan karena selalu mengecek gawainya setiap waktu. Bahkan, ketika dia berada di rumah dan harus mengurus dua anaknya yang masih kecil. Kondisi itu membuatnya ketakutan dan tersadar bahwa media sosial telah menjajahnya lalu menjauhkannya dari kehidupan yang normal.

Baca Juga:  Melihat Isu Rasisme dalam Film Get Out

Film ini berbeda dengan dokumenter lainnya karena selain menyajikan dokumenter, juga menyelipkan tayangan simulasi atau ilustrasi dari apa yang sedang mereka ceritakan. Pada tayangan simulasi tersebut diperlihatkan sebuah keluarga yang berperan sebagai orang- orang yang memainkan media sosial. Efek atau dampak dari media sosial ke keluarganya dan kehidupan personal mereka juga dijelaskan. Hal ini tentunya mempermudah penonton untuk semakin memahami pesan yang disampaikan dalam film tersebut.

Waw! Seram amat kita jadi budak media sosial, dong?” Pertanyaan itulah yang ada di pikiran saya setelah menonton film dokumenter The Social Dilemma ini. Pesan yang ingin disampaikan oleh sutradara sangat “kena”. Ada tiga hal yang bisa kita ambil dari film The Social Dilemma. Pertama, industri teknologi telah tanpa disadari telah menciptkan masalah baru. Ini lebih ke konsekuensi etika dari teknologi yang mereka ciptakanciptakan. Mereka masih belum mengerti bahwa apa yang diciptakan itu benar-benar dapat mengubah lingkungan sosial kehidupan manusia.

Kedua, media sosial bukan merupakan produk, melainkan kitalah produknya. Salah satu kalimat yang menurut saya sangat “kena” adalah seperti yang diungkapkan oleh Tristan Haris, seorang ahli etika desain Google, “If you are not paying for the product, then you are the product.” Selama ini, kita menggunakan media sosial secara gratis. Lalu, hidup kita berubah sampai ketergantungan kepada media sosial yang kita pakai dan itu semua gratis.

Lantas, mungkin ada pertanyaan perusahaan-perusahaan platform media sosial dapat keuntungan dari mana? Singkatnya, ketergantungan kita akan media sosial lah yang jadi keuntungan mereka. Loh? Kok bisa? Film ini akan memberikan penjelasan terhadap hal tersebut secara detail.

Baca Juga:  Harap Berhati-hati Membaca Buku Il Principe

Ketiga, setiap kegiatan atau tindakan yang kita lakukan di media sosial, sejatinya direkam penuh oleh perusahaaan. Mulai dari kesukaan kita, apa yang kita cari, mengunggah apa, menandai siapa, membagikan apa, semuanya itu sebenarnya direkam! Bahkan, yang lebih menyeramkannya lagi adalah seperti yang dilakukan Facebook, Google, atau Instagram. Setelah mereka merekam data kita, dibangunlah super computer atau yang disebut “IA” untuk menandai terhadap apa yang kita sukai untuk mendorong agar selalu membuka media sosial.  Pada akhirnya, beranda media sosial berisi hal yang kita sukai. Makanya tidak heran jika tiba-tiba hal yang kita sukai atau menarik bagi kita selalu muncul di halaman media sosial kita.

Film dokumenter The Social Dilemma mendapatkan penghargaan “Impact Film Award” di ajang Boulder International Film Festival tahun 2020. Sementara pada ajang CPH:DOX di tahun yang sama, film dokumenter ini menyabet penghargaan dalam kategori F:ACT Award – Honorable Mention. Rotten Tomatoes memberi skor 86 persen versi kritikus dan juga versi penonton. Sementara IMDb memberi skor 7,9/10 dari 22.730 penilai. Film The Social Dilemma sangat menarik untuk ditonton karena di era digital seperti sekarang ini, mayoritas orang telah memiliki akses internet, termasuk untuk menggunakan media sosial. Hal ini semakin membuat film The Social Dilemma relevan untuk menjadi tontonan kita sekarang.

Penyunting : Anang Estu

Sumber gambar : Imdb.com

Rahma Putri
Anggota Divisi Redaksi Persma Poros