V For Vendetta: Sebuah Topeng Simbol Anti Totaliter

Loading

Judul Film       : V For Vendetta       

Sutradara          : James Mc Teigue

Penulis Naskah: Wachowski, Alan Moore

Genre              : Action Thriller

Durasi              : 133 Menit

Tanggal Rilis   : 23 Februari 2006

Negara             : Inggris            

V For Vendetta adalah salah satu film yang diadaptasi dari sebuah novel grafis dengan judul yang sama karya Alan Moore dan Wachowski. Film tersebut mengisahkan tentang sebuah pengkhianatan berdarah dan persekongkolan rezim totaliter Adam Sutler. Pemeran utama dalam film ini adalah Clive Ashborn sebagai Guy Fawkes, Natalie Portman sebagai Evey Hammond, Hugo Weaving sebagai V, dan John Hurt sebagai Chancellor Adam Sutler.

Rezim ini coba dihancurkan oleh seorang pria berinisial “V” dengan mengenakan kostum ala Guy Fawkes yang bertransformasi menjadi simbol protes anti pemerintah totaliter yang terjadi di seluruh dunia. V mulai mengambil tanggung jawab atas semua hal yang terjadi dan mulai melancarkan propaganda yang dikenal dengan istilah Propaganda by deed. V menyadari bahwa kesalahan suatu negeri memang tidak dapat ditudingkan begitu saja kepada para birokrat dan politisi. Bagaimanapun, para penguasa fasis tersebut bisa berada di kekuasaannya karena publik membiarkan mereka dengan berbagai alasan, seperti ketakutan dan ketidakpedulian.

Dalam suatu adegan, V mengatakan kepada publik melalui stasiun televisi yang disadapnya, “Untuk mengetahui siapa yang bersalah atas semua yang terjadi, kalian hanya perlu bercermin.”

Ide pemberontakan terhadap pemerintah totaliter oleh V dimulai pada 5 November. Tanggal ini dipilih untuk menghormati Guy Fawkes yang pernah melakukan aksi peledakkan gedung parlemen Inggris pada abad ke-16 yang gagal. Kisah mengenai Guy Fawkes sendiri adalah kisah yang benar-benar terjadi.

Satu per satu sejumlah tokoh penting dari partai politik yang berkuasa menemui ajalnya. Hal ini berkaitan dengan dosa para politisi tersebut pada masa lampau yang telah memilih V sebagai salah satu korbannya. Plot pemberontakan itu sendiri disusun oleh V sedemikian rupa, sehingga dalam waktu satu tahun dari 5 November ke 5 November tahun berikutnya, seluruh kekuasaan fasis akan runtuh. 

Baca Juga:  Law School: Hukum Harus Menghasilkan Keadilan

Suatu hari V bertemu dengan seorang wanita bernama Evey di jalanan, kemudian menyelamatkannya dari polisi rahasia pemerintah. Evey turut menjadi korban atas insiden berdarah itu, kedua orang tuanya tewas mengenaskan dalam pemusnahan massal oleh pemerintah, Evey pun diperlakukan secara keji oleh negara, hingga suatu ketika V datang untuk membantu dan menyelamatkannya. Evey tidak tahu siapa V dan apa tujuannya. Namun, pada akhirnya Evey ikut bersama V ke tempat persembunyiannya.

Evey pun mulai mengetahui latar belakang V dan mereka berdua akhirnya bersekutu untuk membawa kebebasan dan keadilan di tengah masyarakat. Semuanya berjalan dengan mulus, sampai akhirnya V berhasil dikepung. Namun, dengan kecerdikannya V berhasil lolos. V kemudian membalas pengepungan tadi dengan membunuh beberapa orang.

Singkat cerita, ketidakberuntungan menghampiri V. Ia tewas saat menemui Evey di terowongan kereta. Kemudian, jasad V dimasukkan ke dalam kereta oleh Evey dengan penuh hiasan bunga mawar merah. Di sisi lain, para tentara berjaga di area gedung parlemen dengan senjata lengkap. Tiba-tiba datang sekelompok orang dalam jumlah yang besar mengenakan pakaian jubah hitam dan topeng ala Guy Fawkes. Mereka berjalan di antara barisan para tentara yang membuatnya tak berkutik dan tak dapat melepaskan tembakan.

Tepat pukul dua belas malam, kereta yang mengangkut jasad V diberangkatkan oleh Evey. Kereta itu berjalan melewati gedung parlemen. Namun, tanpa disangka kereta itu meledak dan menghancurkan gedung parlemen dalam kobaran api. Semua orang yang berpakaian ala Guy Fawkes menyaksikan momen itu sambil membuka topengnya yang ternyata adalah rakyat Inggris.

Film ini akan mengundang pemikiran kritis bagi kita, seperti apa pembeda antara revolusi dan terorisme, sebagaimana perlawanan antara konsepsi demokrasi, fasisme dan, anarkisme. Film ini menjadi refleksi dari persaingan politik internasional, juga menginspirasi untuk mengadaptasi gagasannya.

Baca Juga:  The Tinder Swindler: Penipuan Berkedok Cinta 

Film ini mampu memberikan pengaruh terhadap gerakan sosial tidak hanya secara individu. Film ini juga memperjuangkan ideologi kebebasan, meliputi, kebebasan berpendapat, berkumpul dan bekerja serta memberi kesadaran kepada rakyat bahwa mereka harus melawan bukan diam.

Penulis : Hesti Maryani (magang)

Penyunting: Anang

Persma Poros
Menyibak Realita