Otoriterisme Masih Ancam Pers Mahasiswa

Loading

Persmaporos.com – (31/10) Badan Penerbitan Pers Mahasiswa (BPPM) Balairung mengadakan seminar nasional bertajuk Redefinisi Pers Menuju Masyarakat Melek Media. Acara yang berlangsung di Lantai 1 Graha Sabha Pramana, Universitas Gajah Mada ini merupakan rangkaian acara ulang tahun Balairung yang ke-30. Lintang Cahyaningsih selaku ketua panitia, mengatakan acara seminar ini diadakan untuk menyadarkan masyarakat bahwa masih ada isu pers yang jarang diangkat oleh pers umum.

Daniel Dhakidae, Pimpinan Umum dan Pemimpin Redaksi Prisma, hadir sebagai salah satu pembicara. Dalam presentasinya ia menyinggung penarikan majalah Lentera oleh pihak kepolisian Salatiga dan pihak Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Ia mengatakan penarikan tersebut merupakan tindakan melanggar kebebasan pers.

Pihak universitas, lanjutnya seharusnya membela mahasiswanya bukan malah menuduh melanggar prosedur. Daniel mengatakan para pemangku jabatan di perguruan tinggi banyak yang tidak memahami kebebasan pers.

Aksi pembungkaman kebebasan pers masif terjadi dalam kurun waktu satu tahun ini. Dikutip dari Koran Tempo edisi 29/10, menujukkan telah terjadi 10 kasus seputar kebebasan pers. Kasus tersebut berupa intimidasi, diskriminasi, pelarangan nonton film dan pembredelan pers mahasiswa oleh pihak universitas. Jumlah tersebut hanya yang dilaporkan, mungkin masih banyak yang belum diketahui.

Daniel juga menanggapi beberapa kasus pembredelan yang menimpa pers mahasiswa akhir-akhir ini. “Sungguh aneh di era kebebasan pers ini masih ada media yang dibredel,” ungkap Daniel saat diwawancara setelah seminar. Ia menambahkan, pembredelan hanya terjadi di era Orde Baru, jika sekarang masih terjadi berarti masih ada otoriterisme dalam kampus.

Dalam seminar tersebut hadir juga sebagai pembicara perwakilan dari Dewan Pers, Komisi Informasi Pusat dan Direktur Warta Ekonomi juga hadir sebagai pembicara. [Bintang]

Persma Poros
Menyibak Realita